Apa itu pengurapan

|
Definisi pengurapan
Dalam dunia orang Kristen kata pengurapan sudah tidak asing lagi didengar. semua orang Kristen akan mendapatkan pengurapan atau penumpangan tangan paling sedikit tiga kali dalam hidupnya. Yaitu pada saat ia masih balita dimana pada saat penyerahan anak, pada saat ia terpilih menjadi diakon atau ketua jemaat dan juga pada saat seseorang menikah.

Namun apa definisi dari penumpangan tangan itu sebetulnya, “CONSECRATION, kon-se-krashun, is the act by which an object or person is set apart as holy or as dedicated to divine uses. Is  closely related to the act of blessing, and differs from it chiefly ini suggesting a more solemn or definitive act of dedication to God.[1]

Dari kutipan di atas bisa kita terjemahkan bahwa pengurapan itu adalah suatu tindakan kepada benda atau pribadi yang dikhususkan untuk keperluan keIlahian atau pelayanan untuk Allah.

Latar Belakang Dari Pengurapan.
The anointing of the body ...was from the beginning of history, and still is among primitive peoples, a general practice.[2] Pengurapan bukanlah hal yang terjadi pada zaman perjanjian baru namun sudah diadakan sejak jaman perjanjian lama. Alkitab Perjanjian Baru hanya sedikit membahas tentang pengurapan. Pengurapan berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu:
  • To anoint = Mengurapi
  • Diurapi = Diolesi atau disiram dengan minyak.[3]
Minyak yang dipakai untuk mengurapi pada jaman itu adalah minyak yang khusus. Ada beberapa hal penting mengenai minyak pengurapan :
  • Dilarang membuat minyak dengan resep campuran ini. Resep ini khusus untuk membuat minyak urapan.
  • Minyak ini dipakai untuk mengurapi kemah pertemuan dan perkakas-perkakas kemah pertemuan lainnya.
  • Minyak ini juga dipakai untuk mengurapi orang-orang untuk pelantikan tugas keimanan.
  • Minyak ini juga dipakai untuk mengurapi pada pelantikan seorang imam yang naik tingkat/dipilih menjadi imam besar.
  • Minyak ini tidak boleh terkena orang-orang awam atau benda-benda biasa. Orang atau benda yang terkena minyak urapan ini akan menjadi kudus. Orang yang diurapi minyak kudus ini dikhususkan untuk melayani Allah.[4]
Dalam Perjajian Lama orang atau benda diurapi untuk menandakan kesuciannya, atau pengkhususannya bagi Allah: misalkan tugu (Kejadian 28:18), tabut dan perkakas-Nya (Keluaran 30:22), perisai (mungkin untuk mentahirkannya dalam perang suci)(2 Samuel 1:21; Yesaya 21:5; Ulangan 23:9), raja (I Raja-raja 1:34); imam besar (Keluaran 28:41), nabi (I Raja-raja19:16). Khidmat dan pentingnya pengurapan itu diperlihatkan dalam hal pertama, bahwa adalah merupakan pelanggaran kriminal bila menggunakan minyak kudus untuk pengurapan biasa (Keluaran 30:32-33).

Kedua, oleh kekuasaan dampak pengurapan itu (misalnya, 2 Raja-raja 9;11-13). Walaupun teman-teman Yehu menghina seorang nabi sebagai orang gila, mereka tidak berani menentang dampak tindakannya, bahkan mereka menerima begitu saja bahwa barang siapa diurapi menjadi raja, ia sah menjadi raja. Ketiga, pengurapan itu menghasilkan sesuatu atas yang diurapi, orang atau barang menjadi kudus (Keluaran 30:22-33) dan keramat (tidak boleh dilukai) (I Samuel 24:7)[5]

Jadi dahulu ketika seseorang atau benda akan dikhususkan untuk pekerjaan khusus maka akan diadakan suatu pengurapan atau penumpangan tangan.

Jenis Pengurapan Dalam Alkitab
Menurut manifestasinya ada berbagai jenis urapan kita temukan di Alkitab. Urapan Pengajaran (I Yohanes 2:26,27).Sejak seseorang mengalami kelahiran baru, di dalam dirinya ada urapan pengajaran yang membuatnya mengerti isi Alkitab yang dibacanya. Urapan ini mengajar kita segala sesuatu dari kebenaran Kerajaan Allah. Pengajar utama kita bukanlah guru-guru atau Sekolah Alkitab tetapi urapan pengajaran. Tidak mustahil seseorang memahami isi Alkitab dan menjadi hamba Tuhan tanpa pernah sekolah Alkitab, asal ia setia belajar dari urapan Roh Kudus.
  1. Urapan Air (Yoh 7:37-39)Dari dalam hati seseorang yang telah dilahirkan baru ada mata air yang hidup yang mengalir keluar dan mampu menghidupkan jiwa orang lain atau menyembuhkan penyakit atau menghidupkan organ tubuh yang telah tak berfungsi. Urapan air yang kuat dirasakan sebagai air dingin yang membuat seseorang menggigil.
  2. Urapan Angin (I Raja-Raja 19:11,12; Kis 2:2)Urapan angin ini mendahului kehadiran Tuhan di gunung Horeb waktu Elia ada di sana. Juga ia muncul pada hari Pentakosta. Urapan ini meniup dan memindahkan kesadaran roh seseorang dari alam materi ke dalam alam roh. Benny Hinn meniup mikrofonnya dan orang-orang tumbang ke belakang karena merasakan tiupan angin dari depan.
  3. Urapan Gempa (I Raja-Raja 19:11,12; Yes 6:4; Kis 4:31)Dari Kisah Rasul terutama kita melihat bagaimana Tuhan menjawab doa murid-murid yang memohon keberanian untuk memberitakan Injil dengan pencurahan Roh Kudus dan bermanifestasi dalam bentuk gempa. Urapan gempa ini memberi keberanian kembali kepada Elia yang takut menghadapi Izebel dan merasa sendirian. Juga memberi keberanian kepada Yesaya untuk menjadi utusan Tuhan. 
  4. Urapan Api (I Raja-Raja 19:11,12; Yes 6:6; Kis 2:2)Urapan api yang memurnikan untuk menguduskan seseorang dari roh-roh najis dan roh-roh jahat agar layak untuk dipakai sebagai alat Tuhan. Pelayanan pelepasan memakai api yang membakar roh-roh jahat. Hal ini nampak jelas dari reaksi roh-roh jahat itu yang berteriak-teriak kepanasan.
  5. Urapan Awan (Kel 24:15-18; II Taw 5:13-14; Mat 17:5-6)Tanda kehadiran Allah di antara jemaatNya. Dalam Matius 17:5-6 Allah Bapa sendiri turun dan berbicara kepada rasul-rasul. Kehadiran awan yang terang ini selalu mengakibatkan orang tersungkur ke depan, tak tahan berdiri dihadapanNya.
  6. Urapan Guntur (I Sam 7:10) Allah mengguntur untuk menggentarkan musuh orang Israel hingga mereka ketakutan. Bila hadirat Allah kuat, orang-orang tertentu mendengar suara guntur yang keras menggelegar di atas kepala mereka dan membuat mereka roboh dalam urapan. Rupanya urapan macam ini diperlukan dalam peperangan untuk membuka kepungan kuasa kegelapan.
  7. Urapan Kilat (Kel 20:18) Orang-orang yang menerima urapan seperti ini menjadi kaku seperti patung untuk sesaat lamanya. Maria Woodworth Etter, penginjil wanita di zaman sebelum gerakan Pentakosta, di tengah-tengah sebuah khotbahnya yang terputus, tanpa menyadari bahwa ia telah membeku tiga hari lamanya. Selama itu tak seorangpun dapat memindahkan ia dari tempatnya berdiri di atas mimbar. Kejadian ini membuat banyak orang bertobat.
  8. Urapan Cahaya (Kis 9:3,4) Tanda kehadiran Tuhan dalam kemuliaanNya. Terang itu membuka mata rohani seseorang hingga ia dapat melihat dalam dunia roh atau melihat vision.
  9. Urapan Mujizat (Luk 5:8) Manifestasi urapan ini mengakibatkan seseorang tersungkur ke depan dan merasakan urapan yang mengalir ke tulang-tulang. Urapan jenis ini memanjangkan tulang-tulang atau melenyapkan daging tumbuh, menambal gigi-gigi berlubang, menumbuhkan bagian-bagian tubuh yang terhilang, mengubah air menjadi anggur, memindahkan gunung-gunung, membangkitkan orang mati dan sebagainya.
  10. Urapan Sukacita (Yes 61:1-3, Ibr 1:9) Tuhan Yesus diurapi untuk menyampaikan kabar baik yaitu Injil keselamatan, inner healing, pelepasan, pengajaran tentang anugerah Allah, penghiburan dan memberi Oil of Joy, minyak (urapan) sukacita sebagai finishing touch dari pelayanan Yesus Kristus, agar semua orang percaya menjadi pohon terbantin tanaman Allah yang mengagumkan. Ia sendiri telah menerima minyak urapan kegirangan (oil of gladness) karena mencintai keadilan dan membenci kefasikan. Ini adalah pengurapan terakhir yang diberikan Allah kepada mempelai perempuan Tuhan Yesus menjelang kedatanganNya yang kedua kali sebagai mempelai laki-laki bagi jemaatNya. Di dalam urapan ini orang terbang seperti rajawali, menari, melompat dan tertawa dalam roh.[6]
APA YANG TERJADI KETIKA SESEORANG DIURAPI
Pada Kisah para rasul 13:3 disana dikatakan mengenai penumpangan tangan pada Paulus dan Barnabas sebelum mereka di biarkan pergi. Sebenarnya apa yang terjadi ketika mereka diurapi. Dan mengapa harus dilakukan pengurapan.

Berkat Allah menyertai mereka.
Tindakan dari penumpangan tangan kepada seseorang tidak hanya dilakukan dalam penahbisan. Ini berarti dalam hal ini adalah menunjuk seseorang untuk tugas tertentu dan dengan menumpangkan tangan bagi mereka adalah agar berkat Allah beserta dengan mereka.[7]

Dengan diadakannya penumpangan tangan maka berkat Allah menyertai orang itu kemanapun ia berada. Keluarga orang yang telah diuarapi akan diberkati dengan limpah karena bila ia melakukan tugasnya sebagai orang yang telah diurapi. Walaupun disini yang dimaksud bukan semata berkat materi berupa kekayaan. Karena yang berbentuk materi bisa saja hilang, namun berkat yang paling besar yang boleh dialami oleh seseorang yang itu ketentraman dari jiwanya sendiri yang tak akan pernah didapatkan didalam kekayaan duniawi. Orang yang telah diberkati Allah akan medatangkan berkat kemanapun ia berada. Dan Allah selalu melindungi mereka dan menjauhkan segala marabahaya.

Diberi Tempat dan Fungsi Istimewa Dalam Pekerjaan Allah.
Secara asasi pengurapan adalah tindakan Allah (1 Samuel 10:1). Karena itu istilah ‘diurapi’ dapat berarti sudah menerima karunia ilahi (Mazmur 23:4; 92:10). Atau, sudah diberi tempat atau fungsi istimewa dalam rencana Allah (Mazmur 105:15; Yesaya 45:1).[8]

Dalam perjanjian lama ada beberapa jenis pengurapan terhadap manusia:
Nabi : Perantara umat dengan Allah yang menyampaikan firman dari Allah kepada umat.
Imam : Perantara umat dengan Allah yang menyampaikan doa permohonan umat kepada Allah.
Raja : Mengatur, memerintah dan menjalankan peraturan pada Allah.[9]
Pada saat sekarang ini di zaman kita sudah sangat jarang terjadi pengurapan dari ketiga hal dia atas. Khususnya di kalangan Masehi Advent Hari Ketujuh.

Seorang yang diurapi telah menjadi orang yang sudah dikhususkan untuk pekerjaan Allah. Contoh yaitu Pendeta, mereka diurapi sehingga pekerjaan mereka hanya untuk melayani Tuhan, dalam organisasi kita mereka tidak di perkenankan untuk mempunyai pekerjaan sampingan, karena itu akan membuat mereka tidak terfokus terhadap pekerjaan mereka untuk melayani Tuhan. Begitu juga dengan para anggota jemaat setelah dipilih mereka harus diurapi untuk tugas khusus Contohnya, untuk menjadi ketua dan diakon. Hanya orang yang telah diurapi yang bisa melayani tugas-tugas di atas karena kekhususan mereka.

Diperlengkapi untuk pelayanan.
Orang yang melayani dalam kaabah atau menjadi pelayan Allah atau pendeta untuk sekarang ini harus diurapi. Contoh kepada ketua jemaat. Pemilihan untuk tugas ketua tidak cukup untuk melayakkan seseorang menjadi ketua jemaat. Harus ada pengurapan sebelum seorang ketua memiliki wewenang untuk bertugas dalam jabatan itu. Selama tenggang waktu antara pemilihan dan pengurapan, ketua yang telah dipilih dapat bertugas sebagai pemimpin jemaat tetapi tidak untuk melaksanakan upacara-upacara khusus di jemaat.[10]

Begitu juga dalam halnya dengan pendeta sidang mereka bisa jadi gembala namun tidak bisa mengadakan pemberkatan atau penahbisan dan pembaptisan bilamana belum diurapi.
Dalam Perjanjian Baru, ketika Roh Kudus datang, kehadiranNya menggenapi seluruh kecenderungan aroma yang harum yang terdapat dalam minyak urapan yang kudus. Ketika orang-orang percaya Perjanjian Baru diurapi, pengurapan itu terlihat jelas. Bacalah dalam Kitab Kisah Para Rasul. “ Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus “ (Kisah Para Rasul 2:4). “Dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani” (4:31). “Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit “ (7:55).“ Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengar pemberitaan itu” (10:44). Dan masih banyak lagi yang lainnya.[11]

Orang yang telah diurapi oleh Allah akan memiliki keberanian dalam mengabarkan injil bahkan mendapat karunia bahasa Roh.

Pengurapan Akan Tetap Tinggal Selamanya Dalam Diri Seseorang.

Bagi seseorang yang telah diurapi pengurapan itu akan tetap tinggal pada dirinya selamanya. Kepada orang yang telah diurapi kita tidak boleh macam-macam. Kita tidak boleh mengata-ngatai mereka contoh, misalnya kita mengatai pendeta atau lancang tangan, maka kita akan menerima akibat atau ganjaran dari Allah, karena mereka telah diurapi atau diberkati Allah, atau orang yang telah dikhususkan bagi Allah untuk pekerjaan-Nya.

Dengan demikian menghina mereka sama dengan menghina Allah sendiri. Pada Perjanjian Lama orang yang menghina nabi akan mati, seperti yang terdapat dalam buku II Raja-raja 2:23-25, pada saat itu Elisa sedang menuju ke Betel, dan sedang ia mendaki, maka keluarlah anak-anak dari kota itu, lalu mencemooh dia serta berseru kepadanya: “Naiklah botak, naiklah botak!” Lalu berpalinglah ia ke belakang, dan ketika ia melihat mereka, dikutuknyalah mereka demi nama Tuhan. Maka keluarlah dua ekor beruang dari hutang lalu mencabik-cabik dari mereka empat puluh dua orang anak. Itulah akibat dari mereka yang menghina orang yang telah diurapi Allah.

Contoh yang lain lagi dari perjanjian lama mengenai orang yang telah diurapi tidak boleh disentuh atau dilukai. Dalam I Samuel 24 disana diceritakan mengenai Daud dan Saul dimana Daud yang memiliki kesempatan untuk membunuh Saul dengan mudahnya tapi tidak ia lakukan bahkan melarang prajuritnya untuk membunuh Saul. Ia berkata bahwa tidak mungkin ia melakukan hal itu karena Saul telah diurapi Tuhan. Ia tidak mau ringan tangan pada orang yang diurapi, walaupun sebenarnya Saul telah memberontak pada Tuhan.

Jadi mereka yang telah diurapi Tuhan mereka tidak boleh kita hina atau lukai walaupun sebenarnya mereka telah melanggar hukum Allah.

Kehidupan Mereka yang Telah Diurapi Tuhan.
Sebelum seseorang diurapi biasanya ada kriteria yang di tentukan. Pada Zaman rasul ketika mereka hendak memilih dan mengurapi diakon dan para pemilik mereka terlebih dahulu mencek akan kehidupan orang tersebut. Mereka tidak boleh bercacat cela dalam perbuatan. Memiliki istri satu, dan sebagainya. Jadi sebenarnya pemilihan orang yang akan ditumpangkan tangan tidak begitu saja dilakukan.

Dan bagi mereka yang telah diurapi, mereka tidak bisa hidup sebagai mana manusia biasanya. Mereka punya pola hidup atau standar hidup harus tinggi, mereka haruslah menjadi panutan dimana mereka berada dan menjalankan tugas yang telah mereka emban melalui pengurapan yang telah mereka terima.

Namun tidak menutup kemungkinan bahwa orang yang telah diurapi Tuhan tidak akan melakukan kesalahan. Seperti Saul maupun Daud. Namun tetap bagi mereka dituntut suatu standard moral yang tinggi.

KESIMPULAN
Kita telah membahas dari awal mengenai pengurapan. Orang-orang yang diurapi adalah orang-orang yang telah dikhususkan untuk suatu jenis pelayanan. Dan sebelum itu mereka di seleksi dahulu dari segi kehidupannya.

Bagi mereka pada saat ditumpangkan tangan maka yang terjadi adalah bagaimana berkat Allah menyertai mereka dalam kehidupannya. Mereka telah dikhususkan dan disanggupkan untuk melakukan suatu pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak di urapi. Bila mereka diurapi maka kuasa Roh Kudus bekerja atas mereka sehingga disanggupkan untuk melakukan hal yang ajaib bila diperlukan.

            Pengurapan saat ini merupakan pengurapan supaya kita bisa menjadi saksi-saksi Yesus. Menjadi saksi melalui kehidupan dan pelayanan kita, selain juga dalam memberitakan Injil. Kalau pengurapan turun, pengurapan itu yang akan mengajar kita untuk lebih mengerti dan mampu bertindak. Kalau kita sudah merindukan hal-hal ini dan hidup dalam intim dengan TUHAN Yesus, kita akan menjadi pemenang-pemenang.[12]



[1] C. J. Mcnaspy, S. J, The Encyclopaedia Americana,  (Philippine, Co Grolier International, INC, 1980), V.22, 617.
[2] Francis D. Nichol, SDA. Bible Commentary, (Review and Herald Publishing, 1976) v. 3, 493.
[4] Ibid
[5] _____,Ensiklopedia Alkitab Masa Kini , (Jakarta, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1996), v. 2, 531.
[7] Albert Barnes, Barne,s Notes On The Old And New Testaments, (USA, Baker Book House, Grand Rapids Michigan, 1980), Psalm, 20.
[8] _____,Ensiklopedia Alkitab Masa Kini , (Jakarta, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1996), v. 2, 531.
[10] Jahotner F. Manulang, Peraturan Gereja MAHK, (Bandung, Percetakan Advent Indonesia, 1998), 46.
 

Copyright © 2010 Data-Data Kebenaran Blogger Template by Dzignine