Apakah Yefta benar-benar mempersembahkan anak perempuannya

|
Apakah Yefta benar-benar mempersembahkan anak perempuannya sebagai korban bakaran? Sebuah Analisa dari Hakim-hakim 11:31

Yefta diperkenalkan kepada kita dengan sebutan yang sama seperti sebutan Gideon, yakni seorang pahlawan yang gagah perkasa (Hakim-hakim 11:1). Kali ini pun, kita tidak akan membahas tentang sejarah kehidupannya, melainkan imannya kepada Allah.

Yefta adalah seorang yang takut akan Allah. Di awal perkataannya, ia meminta agar Allah menjadi saksi; dan ia “membawa seluruh perkaranya itu ke hadapan TUHAN, di Mizpa” (ayat 11). Pesan yang disampaikannya kepada Raja bani Amon (ayat 14-27) menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang memahami sejarah bangsa-Nya, sesuai dengan yang dicatat dalam “Kitab Hukum Taurat”. Pastilah ia telah mempelajari kitab itu dengan saksama serta memahaminya; karena bukan hanya ia dapat melihat peristiwa-peristiwa itu sebagai fakta sejarah, ia pun mengakui bahwa peristiwa itu terjadi karena diperintahkan oleh Allah.

Ia melihat perbuatan Allah dalam semua peristiwa. Allahlah yang “menyerahkan Sihon dengan seluruh rakyatnya ke dalam tangan orang Israel” (ayat 21). Tuhan, Allah Israellah yang telah “merebut milik orang Amori, bagi Israel, umat-Nya”. Apa yang sekarang dimiliki oleh Yefta dan orang Israel adalah semua yang telah Allah berikan kepada mereka (ayat 24). Dan, Tuhan, Hakim itu, Dialah yang menjadi hakim di antara orang Israel dan bani Amon (ayat 27).

Yefta mendengar perkataan Allah yang tertulis dalam Kitab Kebenaran dan ia memercayainya.

Inilah sesungguhnya contoh yang Rasul maksudkan dalam Ibrani pasal ke-11. Sama seperti Yefta, sang penulis memercayai sejarah seperti yang Yefta percayai serta iman di dalam Allah yang mampu mengalahkan musuh. Inilah yang membuat Yefta disebutnya sebagai salah satu dari “para tokoh iman yang besar”.

Lalu, ketika ia memohon kepada Allah untuk menjadi hakim, kita membaca: “Lalu Roh TUHAN menghinggapi Yefta,” perhatikan kata-kata yang menggambarkan pekerjaan Roh Kudus pada zaman itu (ayat 29).

Di dalam kuasa Roh Kudus, Yefta berperang melawan bani Amon dan Tuhan memahkotai imannya dengan menyerahkan bani Amon ke dalam tangannya (ayar 32).

Ini hanyalah catatan singkat tentang iman Yefta yang mengalahkan musuh; dan sedikit tambahan sebagai kesimpulan kisahnya itu: Yefta membaca apa yang telah Allah lakukan; Yefta mendengar apa yang Allah katakan. Yefta percaya pada apa yang telah ia baca dan dengar, dan ini cukup untuk menyebabkannya menjadi salah satu dari “para tokoh besar dengan catatan terpuji” oleh karena iman mereka. Tetapi dalam kasus Yefta, seperti yang akan kita lihat nanti, kita akan merasa terdorong untuk membelanya dari sebuah penilaian orang yang salah terhadapnya.

Mungkin seperti Musa, Yefta adalah seorang yang “tidak pandai bicara,” tetapi ini tidak memengaruhi imannya setelah apa yang ia dengar dari Allah; nazarnya dibuat menurut semangatnya, tetapi bukan menurut pengetahuannya. Bahwa Yefta akan mengorbankan anak perempuannya dan bahwa Allah tidak akan memandang pengorbanan manusia sebagai kekejian adalah teori yang tidak masuk akal. Sebuah teori yang hanya merupakan tafsiran manusia, yang mengenainya para Teolog di sepanjang zaman seringkali berbeda pendapat, dan sebuah teori yang tercipta tanpa melalui penyelidikan teks yang teliti dan akurat.

Penting untuk diingat bahwa Komentator Yahudi kuno bernama Rabbi David Kimchi (1160-1232) menerjemahkan kata nazar (Hakim-hakim 11:31) dengan cara yang sangat berbeda dari A.V (catatan editor: A.V = English Authorized version atau sering dikenal dengan King James Version) dan R.V (catatan editor = English Revised version), dan ia mengatakan bahwa ayahnya, Rabbi Joseph Kimchi (meninggal 1180) juga punya pandangan yang sama dengannya. Ayah dan putranya itu, juga Rabi Levi ben Gerson (lahir 1288), mereka semua adalah beberapa dari komentator dan ahli tata bahasa Ibrani paling terkemuka, yang tentunya memiliki pengetahuan yang lebih baik dari para komentator yang non-Yahudi, dan mereka sepenuhnya setuju untuk menerjemahkan nazar bukan dengan cara mengaitkannya dengan satu objek, tetapi sebagai sesuatu yang terdiri dari dua bagian yang berbeda.

Ini dilakukan dengan mengamati aturan yang populer dalam tata bahasa yaitu bahwa partikel penghubung ו (vau) seringkali dipergunakan sebagai sebuah disjungtif, yang bermakna “atau” apabila di dalam kalimat itu, terdapat anak kalimat kedua setelah kata tersebut. Sebenarnya, inilah yang juga dilakukan oleh A.V sebagai sebuah cara alternatif untuk menerjemahkan kata ini dalam teks Hakim-hakim 11:31.

Catatan dari editor: dengan kata lain, penerjemahan kita biasanya menerjemahkan nazar Yefta sebagai berikut:

Hakim-hakim 11:30-31
“Lalu bernazarlah Yefta kepada TUHAN, katanya: "Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, DAN aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran."

Apa yang ingin dikatakan oleh penulis adalah bahwa kata “DAN” yang digarisbawahi adalah kata Ibrani “vau” yang seringkali digunakan sebagai sebuah disjungtif sehingga seharusnya kata itu diterjemahkan “ATAU” dan bukan “DAN”. Setelah melakukan koreksi ini, maka teks Hakim-hakim 11:30-31 akan berbunyi:

“Lalu bernazarlah Yefta kepada TUHAN, katanya: "Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, ATAU aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran."

Akhir dari catatan editor.
Di bawah ini beberapa ayat di mana kata “vau” dipergunakan untuk pengertian “atau” dan bukan untuk pengertian “dan”:

Keluaran 20:4
“Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, ATAU yang ada di bumi di bawah, ATAU yang ada di dalam air di bawah bumi.

Keluaran 21:15
“Siapa yang memukul ayahnya ATAU ibunya, pastilah ia dihukum mati.”

Keluaran 21:17
“Siapa yang mengutuki ayahnya ATAU ibunya, ia pasti dihukum mati.”

Keluaran 21:18
“Apabila ada orang bertengkar dan yang seorang memukul yang lain dengan batu ATAU dengan tinjunya, sehingga yang lain itu memang tidak mati, tetapi terpaksa berbaring di tempat tidur”

Bilangan 16:14
“Sungguh, engkau tidak membawa kami ke negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ATAUPUN memberikan kepada kami ladang-ladang dan kebun-kebun anggur sebagai milik pusaka. Masakan engkau dapat mengelabui mata orang-orang ini? Kami tidak mau datang."

Bilangan 22:26
“Berjalanlah pula Malaikat TUHAN terus dan berdirilah Ia pada suatu tempat yang sempit, yang tidak ada jalan untuk menyimpang ke kanan ATAU ke kiri.

2 Samuel 3:29
“Biarlah itu ditanggung oleh Yoab sendiri dan seluruh kaum keluarganya. Biarlah dalam keturunan Yoab tidak putus-putusnya ada orang yang mengeluarkan lelehan, yang sakit kusta, yang bertongkat, yang tewas oleh pedang ATAU yang kekurangan makanan."

1 Raja-raja 18:10
“Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada bangsa ATAU kerajaan, yang tidak didatangi suruhan tuanku Ahab untuk mencari engkau.

Keluaran 20:17
“Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, ATAU hambanya laki-laki, ATAU hambanya perempuan, ATAU lembunya atau keledainya, ATAU apapun yang dipunyai sesamamu."

Mazmur 26:9
“Jangan membunuh aku bersama orang berdosa, ATAU mencabut nyawaku bersama penumpah darah

Sekarang kita telah berada di posisi di mana kita telah membaca dan memahami sebuah kata dalam nazar Yefta, di mana untuk kata tersebut terdapat kata atau lebih tepatnya huruf yang sama dalam bahasa Ibrani.

“Lalu bernazarlah (bersumpahlah) Yefta kepada TUHAN,” sesuatu yang berhak Yefta lakukan. Nazar seperti itu disebutkan dalam Hukum Taurat, yang juga menjelaskan dengan tepat apa saja yang harus dilakukan dalam kasus-kasus tertentu; misalnya apabila sebuah sumpah berkaitan dengan orang (seperti yang terjadi di sini), maka orang tersebut dapat ditebus apabila hal itu yang sangat diinginkan. Lihatlah Imamat 27; ayat 1-8 menjelaskan tentang sumpah yang berkaitan dengan “orang,” dan ayat 9-13 yang berkaitan dengan “hewan” dan ayat 14-15 berkaitan dengan “rumah”.

Sekarang jelaslah bahwa nazar Yefta terdiri dari dua bagian; yang satu merupakan alternatif dari yang lain. Ia akan mendedikasikan sesuatu itu kepada Tuhan (menurut Imamat 27) atau bila tidak, ia akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran.

Perlu juga diperhatikan bahwa ketika ia mengatakan “apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku,” kata “apa” adalah sebuah bentuk Maskulin. Tetapi yang keluar dari rumahnya adalah Feminin, sehingga karenanya, apa yang keluar dari rumahnya itu tidaklah dengan secara tepat termasuk dalam lingkup nazarnya apabila menurutkan arti harfiah dari kata-kata dalam nazarnya itu.

Dalam kasus apa pun, sangatlah tidak sah dan menjijikkan bagi Allah untuk mempersembahkan manusia kepada-Nya sebagai korban bakaran.

Persembahan korban bakaran berupa manusia umumnya dilakukan oleh bangsa-bangsa penyembah berhala pada zaman itu, dan perlu dicatat bahwa persembahan korban bakaran berupa manusia adalah sesuatu yang tidak dilakukan di antara bangsa Israel.

Dicatat bahwa Yefta “melakukan kepadanya apa yang telah dinazarkannya itu; jadi gadis itu tidak pernah kenal laki-laki” (Ayat 39). Apakah kaitannya ini dengan korban bakaran? Kaitannya adalah dengan bagian pertama dari nazarnya, yaitu mendedikasikan anaknya kepada Tuhan. Nazar Yefta tidak ada kaitannya dengan kematian yang dipersembahkan, tetapi berkaitan dengan kehidupan yang didedikasikan. Anak perempuan itu didedikasikan untuk hidup berselibat seumur hidupnya.

Apa yang dimaksud dengan “adat di Israel” (ayat 39,40) “bahwa dari tahun ke tahun anak-anak perempuan orang Israel selama empat hari setahun meratapi anak perempuan Yefta, orang Gilead itu.” (ayat 40). Kata yang diterjemahkan “meratapi” hanya satu kali lagi muncul di dalam Alkitab bahasa Ibrani, dan kemunculannya justru di Kitab yang sama. Jadi melaluinya kita dapat melihat makna kata tersebut secara lebih jelas.

Ayatnya terdapat dalam Hakim-hakim 5:11, “di sanalah orang menyanyikan perbuatan TUHAN yang adil.” Artinya adalah mempercakapkan dengan orang lain dengan menyanyikannya bersama-sama. Setiap tahun, teman-temannya dari anak perempuan Yefta bersama dengannya menyanyikan, mempercakapkan kehidupan berselibatnya, dan bukan untuk menangisi kematiannya.

Kita dapat melihat dari seluruh isi Kitab Suci, seperti yang tertera dalam Mazmur 106:35-38, Yesaya 57:5, dan lain-lain, bahwa pengorbanan berupa manusia adalah kejijikan di mata Tuhan; dan karenanya, tidak mungkin Allah mau menerima, juga tidak mungkin Yefta akan mempersembahkan darah manusia. Menegakkan gagasan sebaliknya adalah fitnahan yang keji terhadap Allah dan juga Yefta.

Sumber: Buku karangan E. W. Bullinger, berjudul: Great cloud of witnesses in Hebrews 11, Kregel Publications, 1979, pp. 324-331. Buku ini, seperti juga karya-karya E. W. Bullinger lainnya adalah domain publik (bebas dari hak cipta).



 

Copyright © 2010 Data-Data Kebenaran Blogger Template by Dzignine