Manusia Baru

|
"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang  lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Kor.  5:17)
Kalau bukan karena anugerah Allah, setiap orang akan tetap terkutuk dalam dosa dan berada di bawah penghakiman murka Allah. Namun, Allah dengan kemurahan-Nya yang besar telah mengutus Anak-Nya yang ilahi, Yesus Kristus, untuk membayar hutang dosa dengan mati di atas kayu salib serta memulai suatu periode kehidupan baru dalam kebangkitan-Nya. Semua orang yang percaya kepada-Nya dilepaskan dari kutuk murka Allah dan masuk ke dalam berkat Allah. Pengamatan kita akan manusia tidaklah lengkap apabila kita belum memertimbangkan karakter manusia yang telah ditebus oleh Allah dalam Kristus.

A. Kebalikan dari Kejatuhan
Kita dapat melihat bahwa aplikasi dari keselamatan dalam kehidupan seseorang merupakan kebalikan dari apa yang terjadi sebagai akibat dari kejatuhan. Inti dari kejatuhan Hawa adalah kehendak untuk mandiri dan lepas dari Allah dengan cara menolak secara sukarela untuk menundukkan diri pada firman Tuhan. Hawa menolak fakta perbedaan antara Pencipta dengan ciptaan, dengan berpikir bahwa ia dapat mengetahui kebenaran melalui pikiran barunya sendiri yang terpisah dari Allah. Hal sebaliknya terjadi pada kehidupan seseorang yang percaya kepada Kristus. Dengan jelas, Paulus menyatakannya: "Oleh karena dunia oleh hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil." (1 Kor. 1:21)

Penggunaan hikmat manusia sebagai standar kebenaran, seperti apa yang dilakukan oleh Hawa, akan membawa kita jauh dari Allah dan membawa kita kepada ketidakbenaran. Sebaliknya, salib adalah jalan keselamatan yang mengakibatkan kita berpaling dari kemandirian dan pikiran berdosa supaya kita mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai Allah. Hawa berpikir bahwa sebagai manusia, ia dapat berdiri sendiri dan melihat serta menempatkan dirinya sebagai hakim yang tertinggi. Namun, saat kita percaya dengan kesungguhan pada Kristus, kita akan menyadari bahwa ketergantungan kita pada firman Tuhan sebagai hikmat tidak ada bandingnya karena Dialah sumber kebenaran. Penerimaan firman Tuhan ini merupakan permulaan dari penebusan dalam Kristus. "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Rom. 10:17) Kebalikan dari kejatuhan tidak berhenti pada tanda pertobatan, melainkan meliputi keseluruhan dari proses penebusan. Seseorang yang percaya akan berita Injil, bersama dengan Paulus, meyakini bahwa: "Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong."  (Rom. 3:4)

Berbeda dengan manusia berdosa yang cenderung meninggalkan pengetahuan yang benar dan menyatakan hal yang salah (sebagai akibat dari kemandirian yang terlepas dari Allah), orang-orang percaya memegang kepercayaan bahwa firman Allah selalu dapat dipercaya oleh karena Allah selalu benar. Sebagaimana yang dikatakan oleh Yesaya: (Yes. 45:19) "Aku, Tuhan, selalu berkata benar, selalu memberitakan apa yang   lurus."

Firman Allah dapat dipercaya dan orang yang percaya pada Kristus mengakui kepercayaannya secara total pada firman Tuhan. Lepas dari apa yang terlihat, lepas dari nasihat-nasihat orang lain, dan lepas dari pencobaan oleh Iblis, orang percaya menegaskan bahwa:   "Tidak ada yang kudus seperti Tuhan, sebab tidak ada yang lain   kecuali Engkau dan tidak ada gunung batu seperti Allah kita." (1 Sam. 2:2). Sikap terhadap firman Tuhan yang merupakan kebalikan dari apa yang  terjadi pada waktu kejatuhan, diperjelas oleh perkataan Paulus kepada orang-orang Korintus: "Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu Ilahi. Karena aku  telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. Tetapi aku takut, kalau-kalau  pikiran kami disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya." (2 Kor. 11:2-3). 

Pada ayat-ayat ini, Paulus memeringatkan orang-orang di Korintus untuk  tidak berpaling dari khotbahnya mengenai firman Tuhan, mereka harus  setia hanya kepada Kristus semata. Paulus memeringatkan mereka karena  ia takut dan kuatir mereka akan jatuh dalam tipu muslihat yang sama yang telah digunakan oleh si ular saat mencobai Hawa. Paulus takut  mereka akan berpaling dari "kesederhanaan dan ketulusan penyembahan  kepada Kristus" (2 Kor. 11:3). Sebelum jatuh dalam dosa, Hawa hanya mendengarkan firman Allah dengan penyembahan yang hanya tertuju pada Allah. Saat jatuh, ia telah berpaling dari firman Allah. 

Sebagai orang Kristen, kita secara terus-menerus menerima firman Kristus dengan penyembahan yang tanpa berprasangka. Kita harus melakukan kebalikan dari apa yang Hawa lakukan saat ia berdosa. Ditebus oleh Kristus berarti mengalami kebalikan dari apa yang terjadi pada waktu kejatuhan.

B. Pembaharuan Melalui Kelahiran Baru
Saat kita berpikir tentang keselamatan dalam Kristus, biasanya kita hanya memikirkan tentang akibat dari percaya pada-Nya, yaitu menerima kehidupan yang kekal. Hal ini penting, namun untuk lebih tepatnya, saat ini kita perlu memfokuskan dengan lebih teliti pada kepentingan kebalikan dari kejatuhan dan akibatnya pada karakter manusia dalam hal pengetahuan dan moralitas.
Tuhan Yesus mengatakan kepada Nikodemus persyaratan untuk memasuki kerajaan Allah dengan berkata:"Kamu harus dilahirkan kembali." (Yoh. 3:7). Kelahiran baru harus terjadi pada diri orang yang tidak percaya. Sebagaimana ia telah lahir di dalam Adam, demikian pula ia telah jatuh dalam belenggu dosa, sebagai suatu permulaan. Karena itu, ia harus mengalami kelahiran baru. Paulus menyatakan: "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang  lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Kor.5:17)

Saat kita diselamatkan dari dosa-dosa kita, kita tidak hanya dilahirkan baru secara pribadi; namun kita memasuki suatu ruang lingkup keberadaan yang baru (ciptaan yang baru). Oleh karena itu, seluruh kehidupan orang percaya adalah untuk mengalami perubahan yang berawal dari kelahiran baru.

Paulus menggunakan istilah "ciptaan yang baru" dalam pengertian suatu perintah karena hal ini menunjuk pada hubungan penebusan dengan asal mula keadaan ciptaan sebelum kejatuhan. Saat dunia dan manusia diciptakan, mereka belum dicemari oleh dosa. Namun, sebagai akibat dari manusia yang memilih untuk berdiri sendiri terlepas dari Allah, maka seluruh ciptaan telah jatuh dalam kutuk dosa. Pekerjaan penebusan dari Kristus dapat dikatakan merupakan pembaharuan manusia untuk dapat kembali kepada posisi mereka yang semula, yaitu pada waktu pertama diciptakan oleh Allah.  "... yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." (Ef. 4:24) "dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya."  (Kol. 3:10)

Orang-orang percaya dalam Kristus diperbaharui menurut sifat mereka yang semula sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Mereka diberikan kebenaran, kesucian, dan pengetahuan yang benar, di mana semua itu hilang pada waktu kejatuhan dalam dosa. Perhatian khusus harus diberikan pada fakta bahwa pembaharuan melalui kelahiran baru tidak hanya meliputi sebagian dari manusia, melainkan meliputi keseluruhan karakternya, bahkan proses berpikirnya.  "Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu  yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan  dan menaklukkannya kepada Kristus." (2 Kor. 10:5). Orang-orang Kristen pada kenyataannya diperbaharui sampai pada tahap di mana setiap aspek pribadi mereka berada pada keberadaan asal sebelum kejatuhan dalam dosa. Kita tidak diselamatkan untuk sekadar berada dalam keadaan yang manis dan menyenangkan. Namun, kita diperbaharui sebagai ciptaan baru dan dikembalikan kepada asal mula keberadaan kita sebagai gambar Allah melalui kelahiran baru. 

Sebagai gambar Allah yang telah dipulihkan, manusia yang telah ditebus rindu untuk melakukan apa yang adil sesuai wahyu Allah bagi semua ciptaan dan firman Tuhan. Ia menyadari bahwa tidaklah cukup hanya mengetahui bahwa hujan merupakan kondensasi dari air yang menguap. Ia akan bertanya apakah hujan dan bagaimana ia menyatakan karakter dan kehendak Allah. Apabila tidak ada dosa, hal ini tidak akan menjadi masalah. Manusia cukup hanya mengamati dunia dan mengenal Allah melaluinya. Namun, oleh karena dosa, "maka diperlukan Penolong yang lebih baik untuk memimpin kita pada Pencipta alam semesta ini secara langsung".

Penolong yang lebih baik adalah firman Tuhan dan Roh Kudus. Orang Kristen berkewajiban mendedikasikan diri untuk menyelidiki firman Tuhan oleh karena Roh Kudus yang ada di dalam kita akan memimpin kita kepada pengetahuan akan keselamatan. Roh Kudus juga akan memimpin kita kepada kebenaran pengetahuan tentang ciptaan menurut apa yang diwahyukan oleh Allah dan kehendak-Nya atas manusia. Ini tidak berarti bahwa Alkitab menjadi suatu buku pedoman dari ilmu pengetahuan alam. Dengan kata lain, tidak betul bahwa orang Kristen tidak perlu lagi melihat pada dunia dan cukup hanya dengan membaca Alkitab untuk menemukan kebenaran ilmiah. Firman Tuhan memberikan prinsip-prinsip dasar secara umum di mana semua penyelidikan akan dunia ini harus berdasarkan atasnya. Misalnya, pengetahuan yang sejati mengenai hujan menyatakan kepada kita akan kemurahan Allah dan bagaimana Allah mengharapkan kita untuk memperlakukan musuh kita dengan kebaikan (Mat. 5:45), dan seterusnya. Tentu saja penyelidikan secara ilmiah dari sifat hujan akan secara intensif menjelaskan pengertian orang Kristen akan hal-hal ini. Namun, pengetahuan yang benar tentang hujan ditemukan berdasarkan penyelidikan yang didasarkan pada firman Tuhan dan dipimpin oleh firman Tuhan.

Sebagai ciptaan yang telah diperbaharui, orang Kristen rindu untuk memertahankan fakta perbedaan Pencipta dengan ciptaan dalam hal pengetahuan dan moralitas sehingga orang Kristen dapat memberikan perlakuan yang tepat pada wahyu Allah.

C. Orang Percaya dan Dosa yang Masih Tertinggal
Kehidupan orang Kristen bukannya tanpa kesalahan. Meskipun ia telah diperbaharui kembali kepada kondisi asalnya seperti sebelum kejatuhan, pembaharuan ini tidaklah sempurna sampai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Orang Kristen berkecimpung dalam peperangan yang dahsyat antara kebenaran dan dosa. 

Paulus menjelaskan konflik ini sebagai berikut: "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging karena keduanya bertentangan sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki." (Gal. 5:17) Roh Kudus yang tinggal di antara orang-orang percaya, berada dalam peperangan dengan pikiran kedagingan manusia. Sebagai akibatnya, ada dua prinsip yang bekerja dalam diri orang percaya, yang satu kepada ketaatan dan yang lain pada ketidaktaatan. 

Walaupun orang Kristen berusaha untuk bergantung pada Allah dengan memerhatikan wahyu-Nya untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan dan moralitas, namun ia mungkin kadang akan gagal dalam melaksanakan keinginannya secara terus-menerus. Pada waktu tertentu, orang Kristen dapat kembali kepada dosa yang terjadi pada waktu kejatuhan dengan memberontak atau mengabaikan fakta perbedaan Pencipta dengan ciptaan.

Penurunan ini dengan sendirinya memerlihatkan penolakan pengakuan atas wahyu Allah dalam semua aspek kehidupan, termasuk ketaatan akan firman Tuhan. Sebagaimana orang tidak percaya tidak dapat terlepas sepenuhnya dari kualitas penciptaan sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar Allah, demikian pula orang Kristen tidak dapat terlepas sepenuhnya dari dosa yang masih tertinggal dalam hidupnya. Ia tidak selalu konsisten dengan prinsipnya akan ketergantungan secara total kepada Allah. Dan karenanya, ia tetap dapat melakukan kesalahan dalam pikiran dan tindakannya.

Dengan alasan ini, maka orang Kristen secara berulang-ulang didorong untuk menghindari dan menolak dosa. Paulus berkata: "... bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah   dalam Kristus Yesus. Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi   di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti   keinginannya." (Rom. 6:11-12). Dan dalam bentuk pernyataan yang positif, ia berkata:   "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu." (Rom. 12:2)

Ketergantungan kita pada Allah untuk pengetahuan dan moralitas tidak datang secara otomatis dalam hidup orang Kristen. Hal ini harus disertai dengan usaha yang serius, di mana kita sungguh berusaha untuk mendapatkan "penyucian di mana tanpanya, tidak ada seorang pun akan dapat melihat Allah" (Ibr. 12:14). Ini merupakan tugas yang panjang dan sulit, namun kita harus terus-menerus berusaha apabila kita ingin mengenal Allah dan kehendak-Nya. Saat kita berpikir bahwa kemampuan orang Kristen untuk mengetahui kebenaran disebabkan oleh kelahiran baru dan berpaling dari kejatuhan, kita juga harus ingat bahwa dosa masih memengaruhi kehidupan orang Kristen.

Karakter manusia yang telah ditebus oleh Kristus merupakan pengertianyang mendasar bagi apologetika alkitabiah. Pekerjaan Kristus di ataskayu salib dan dalam kebangkitan-Nya, telah memerbaharui pengetahuanyang sejati dan kebenaran bagi orang yang percaya kepada-Nya.Meskipun dosa masih ada, namun orang yang telah ditebus oleh Kristus dapat bergantung kepada Allah untuk pengetahuan dan moralitasnya.


 

Copyright © 2010 Data-Data Kebenaran Blogger Template by Dzignine