Di dalam I Samuel
1:1-28 memberi penjelasan kepada kita bahwa Hana adalah perempuan beriman. Ia
memiliki pergumulan berat; mandul; dipoligami;mendapat tekanan dan
hinaan dari madunya. Namun ia tidak membalas
kejahatan Penina.
Kemandulan memang
sering dianggap sebagai aib, bahkan hukuman Tuhan. Penderitaan Hana terasa
bertambah karena suaminya tidak memahami perasaannya (6-8). Hana sempat
depresi, dan ditengah puncak depresinya dia pergi ke bait
Allah dan berdoa
disana. Karena beratnya tekanan yang ia rasakan, ia tidak mampu berkata-kata
secara langsung, hanya bibirnya yang bergerak-gerak tanpa suara, ia
mencurahkan isi hatinya pada Allah. Doa, keluh kesah dan permohonannya
sedemikian dalam sampai-sampai disangka sedang mabuk oleh imam Eli. Lalu ia
menjelaskan persoalannya kepada Eli (15-16). Eli
berkata bahwa doa Hana akan
dikabulkan Tuhan (17). Selesai berdoa,
perubahan terjadi dalam diri Hana. Mukanya tidak lagi muram dan dia kembali mau
makan (18) karena ia telah berjumpa dengan Allah Sang sumber Pengharapan.
Tuhan ingat pada Hana
dan mendapat jawaban yang tepat pada waktunya. lahirlah Samuel, (yang
berarti "Aku telah memintanya dari pada Tuhan" 19-20) sebagai karunia indah
dari Allah. Sebab itu Hana memenuhi janjinya untuk mempersembahkan Samuel
kepada Tuhan (21-28). Demikian juga jika kita sudah berjanji / bernazar,
tepatilah janji-janji kita kepada Tuhan seperti Hana
yang menepati janji /
nazarnya.
Sebagai orang beriman kitapun tidak
luput dari berbagai situasi sulit yang kita dihadapi. Kita
mungkin dihina, tidak dipedulikan, tekanan yang berat, namun janganlah putus
asa, apalagi meninggalkan Tuhan.
Datanglah kepada Tuhan
dan curahkanlah isi hati hati kita kepada Tuhan dan percaya sepenuhnya pada
Tuhan. Percayalah bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi
anak-anakNya serta nantikan Tuhan berkarya dan memampukan kita untuk menjalani hidup
ini sehingga kita boleh engalami damai sejahtera Tuhan.