Haruskah menerapkan hukum taurat?

|
Apakah harus harus menjalankan hukum taurat? 
Sebelum Anda melanjutkan membaca artikel ini, perlu saudara ketahui maksud isi artikel ini bukan setuju kalau Hukum taurat ditambah atau dikurangi atau dihilangkan sama sekali namun yang akan saya bahas dalam artikel ini yaitu penerapan hukum Taurat. 

Firman Tuhan berkata di dalam (Keluaran 20:8) - "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:" (Keluaran 23:12) - "Enam harilah lamanya engkau melakukan pekerjaanmu, tetapi pada hari ketujuh haruslah engkau berhenti, supaya lembu dan keledaimu tidak bekerja dan supaya anak budakmu perempuan dan orang asing melepaskan lelah." (Keluaran 31:15)-"Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari
perhentian penuh, hari kudus bagi TUHAN: setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat, pastilah ia dihukum mati." (Ulangan 5:12) - "Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu." (Imamat 26:2) - "Kamu harus memelihara hari-hari Sabat-Ku dan menghormati tempat kudus-Ku, Akulah TUHAN."

Apakah tidak perlu lagi menjalankan hukum Taurat
  • (Roma 14:5) - "Yang seorang menganggap hari yang satu lebih penting dari pada hari yang lain, tetapi yang lain menganggap semua hari sama saja. Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri."
  • (Kolose 2:16) - "Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat;"
Kebiasaan orang Yahudi pada hari Sabat, yaitu hari Sabtu, adalah berkumpul bersama, berhenti bekerja, dan menyembah Allah. Dari kesepuluh perintah Allah yang tercantum dalam Keluaran 20:1-17, hanya sembilan yang kembali ditegaskan (diwajibkan) dalam Perjanjian Baru. (Enam dalam Matius 19:18, mengenai: pembunuhan, perzinahan, mencuri, menghormati orang tua, menyembah Allah; Roma 13:9, mengenai: iri hati. Menyembah Allah secara benar telah mencakup ketiga perintah pertama dari 10 perintah Allah). Satu-satunya yang tidak ditegaskan kembali adalah yang mengenai hari Sabat. Melainkan, Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Tuhan atas hari Sabat (Matius 12:8).
Dalam penciptaan alam semesta, Allah berhenti pada hari yang ke-7. Tetapi, karena Allah Maha Kuasa, Ia tidak menjadi cape karena penciptaan itu. Ia tidak butuh istirahat.

Jadi, mengapa Alkitab mengatakan bahwa Ia beristirahat? Alasannya sederhana: Markus 2:27 mengatakan,"Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat," Dengan kata lain, Allah menetapkan hari Sabat sebagai hari istirahat bagi umat-Nya, bukan karena Ia butuh istirahat, tetapi sebab kita ini fana dan butuh waktu untuk beristirahat, dan memfokuskan diri pada Allah. Dengan demikian, baik tubuh maupun jiwa kita akan diperbaharui kembali.

Sistem hukum Perjanjian Lama menuntut pengkudusan hari Sabat sebagai bagian dari keseluruhan sistem moral, legal, dan korban yang dengannya orang-orang Yahudi berusaha memenuhi tuntutan Allah mengenai tingkah laku (sikap), pemerintahan, dan pengampunan dosa. Dalam pengertian ini, hari Sabat adalah bagian dari Hukum Taurat. Supaya dapat "tetap" berada dalam kondisi yang diperkenankan oleh Allah, anda harus juga mengkuduskan hari Sabat. Jika tidak, orang tersebut berdosa dan akan dihukum. (Yehezkiel 18:4; Roma 6:23: Ulangan 13:1-9; Bilangan 35:31; Imamat 20:2, dan lain-lain).

Tetapi melalui penebusan Yesus, dan pembenaran karena iman (Roma 5:1), kita tidak lagi dituntut untuk mengkuduskan hari Sabat karena Sabat adalah bayang-bayang dari apa yang akan datang (Kolose 2:16-17). Kita tidak lagi terikat di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah anugerah (Roma 6:14-15). Hari Sabat telah terpenuhi dalam Yesus karena di dalam Dia kita telah memperoleh tempat peristirahatan (Matius 11:28). Kita tidak lagi berada dalam kewajiban mematuhi Hukum Taurat yang berarti juga tidak lagi wajib beristirahat pada hari Sabat.


 

Copyright © 2010 Data-Data Kebenaran Blogger Template by Dzignine