"Semoga lembu sapi kita sarat; semoga tidak ada kegagalan dan tidak ada
keguguran, dan tidak ada jeritan di lapangan-lapangan kita!" (Mazmur 144:14)
Banyak orang mengatakan
bahwa sebuah kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Mungkin
tampaknya benar demikian, namun tetap saja dalam kenyataannya orang
tidak menyukai ”penundaan”. Jika dapat berhasil hari ini mengapa harus
menunggu lebih lama?
Kita melihat ada orang yang berhasil dan ada
pula yang gagal. Lalu apakah yang membedakan keduanya? Pesan gembala
minggu ini memperlihatkan kepada kita, bahwa sikap kita yang akhirnya
akan menentukan keberhasilan kita ke depan. Kita jangan melakukan
kesalahan-kesalahan yang sama lagi untuk sebuah keberhasilan.
Ucapkan: “Saya tidak akan mengulangi kesalahan-kesalahan”
Bagaimanakah kita bersikap dalam menghadapi kegagalan ? Ada 3 sikap penting, yaitu :
1) Mengakui Kegagalan (Mazmur 51:3-5)
Tidak mudah bagi seseorang mengakui kesalahan dan kegagalannya. Setiap
orang tidak ingin ditolak dan dikucilkan dari pergaulan dan
lingkungannya, sehingga ia akan berusaha untuk membenarkan dirinya
daripada mengakui kegagalannya. Siapa menyembunyikan pelanggarannya
tidak akan beruntung, tetapi barangsiapa mengakui pelanggarannya dan
meninggalkannya akan disayangi (Amsal 28:13).
Ketika kita merasa
gagal, salah dan tidak sanggup.. ternyata masih ada Tuhan yang
memberikan jalan keluar bagi kita (Mazmur 51:8) . Ia akan memulihkan
keadaan kita asal kita mau mengakui kegagalan dan kesalahan yang telah
dilakukan (I Yohanes 1:9)
Bagaimana cara Saudara mengakui kegagalan / kesalahan?
Illustrasi: Kisah anak yang hilang yang kemudian ia menyadari
kesalahannya dan memilih untuk kembali kepada bapanya, sehingga
dipulihkan (Lukas 15:11-32)
Ucapkan: “Saya belajar mengakui kegagalan/kesalahan”
2) Belajar dari kegagalan (Yesaya 26:9-10)
Banyak hal yang menyebabakan kita gagal. Bisa karena tidak melibatkan
Tuhan atau sebab yang lain. Apabila hal itu terjadi, Tuhan akan memakai
banyak hal agar kita dapat belajar ”sesuatu” yang bermakna untuk
kehidupan kita yang lebih baik. Tuhan turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia (Roma 8:28).
Pengalaman merupakan GURU (PENGAJAR) yang TERBAIK. Artinya melalui
pengalaman yang buruk sekalipun dapat menjadi pelajaran yang bermanfaat.
Bagaimana
Saudara memetik sebuah pelajaran melalui keadaan yang buruk?
Illustrasi: Raja Salomo memperhatikan dan menarik sebuah pelajaran dari
seorang yang bermalas-malasan, ia mengalami kemiskinan, kekurangan dan
kegagalan (Amsal 24:30-34)
Ucapkan: “Saya belajar memetik sebuah pelajaran terbaik”
3) Memotivasi diri (Titus 3:14)
Kegagalan dan kesalahan yang terjadi dapat mengakibatkan seseorang
putus asa dan menyerah. Seorang pecundang akan melihat kegagalan sebagai
batu sandungan, tetapi seorang yang sukses akan menggunakan kegagalan
itu sebagai batu loncatan untuk mendorong dirinya maju, tidak menyerah,
tidak menoleh ke belakang dan tidak melakukan kesalahan yang sama lagi.
Alkitab menuliskan kisah hidup orang-orang yang pernah putus asa, tawar
hati yang kemudian menjadi sukses dan diberkati Tuhan (Yakub, Gideon,
Musa, Yosua, Yeremia, dan lain-lain)
Bagaimana Saudara dapat memotivasi diri untuk tetap maju?
Ucapkan: “Saya belajar memotivasi diri untuk maju”
Keberhasilan adalah janji Tuhan bagi kita. Jangan takut
untuk mengakui kegagalan bila itu terjadi, namun dari kegagalan tersebut
kita harus dapat memetik sebuah pelajaran berharga yaitu tidak
melakukan kesalahan yang sama dan terus memotivasi diri untuk maju.
“Akuilah kegagalanmu, ambilah pelajaran daripadanya, jangan menyerah,
jadikanlah pendorong bahwa ke depan engkau tidak akan melakukan
kesalahan yang sama” (Mazmur 144:14).