Alkitab mengatakan: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa.” (Ul. 6:4). Dalam bahasa aslinyanya berbunyi: Yahweh elohenu Yahwe èkhed, artinya Tuhan adalah Allah kita, Tuhan saja. Kata èkhad diterjemahkan dengan kata “Esa” atau “saja”. Berdasarkan ayat ini, kata èkhad menunjukkan kepada kedudukan Tuhan yang khas terhadap allah-allah lain.
Kata èkha dalam pengakuan iman Israel sekali-kali bukan dimaksud guna menekankan satunya angka secara matematis, tetapi Tuhan adalah satu-satunya yang ilahi, di luar Tuhan tidak ada yang dapat disebut Tuhan. Bagi Israel hanya Tuhan-lah yang di dalam Firman dan karya-Nya yang telah mempekenalkan diri sebagai Allah.[1] Maka dalam hal ini mengenai keesaan Tuhan bukan masalah keberapaan Tuhan tetapi kebagaimanaan Tuhan. Dimana yang esa itu adalah Dia berdiam kekal bersama Firman-Nya (yohanes 1:1; 8:42) dan Roh-Nya (Yoh 15:26). Oleh sebab itu, Tuhan Yesus berkata: “Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.” (Mrk 12:29).
Dari beberapa ayat dalam Alkitab mengakui bahwa Allah itu adalah Esa. Namun, dalam Alkitab ada tiga pribadi yang disebut secara bersama-sama. Misalnya, Alkitab mengatakan: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” (Mat. 28:19). Dan ketiga pribadi tersebut dinyatakan sebagai Allah dan memiliki kualitas ilahi dalam berbagai hal. Misalnya, Alkitab mengatakan: “Tetapi tentang Anak Ia berkata: “Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.” (Ibr 1:8). Ayat tersebut menyatakan bahwa Yesus adalah Allah, Dia adalah kekal (Yoh1:15). Roh Kudus juga disebut oknum ilahi yang bersama-sama dengan Allah. Alkitab mengatakan: “Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita.” (I Kor 6:11), dan Roh Kudus disebut sebagai Roh yang kekal (Ibr. 9:14).[2] Dari beberapat ayat Alkitab tersebut secara tidak langsung menekankan tentang tiga pribadi dan sering disebut dengan Tritunggal.
John Calvin mengatakan bahwa Tritunggal tiga pribadi tetapi (hypostasis) satu hakekat. Kata hypostasis artinya “wujud.” Jadi, Allah satu hakikat-Nya yang tidak dapat dibagi-bagi, meskipun kahikat itu ada pada Anak dan ada pada Roh Kudus.[3] Masalah tritunggal bukan masalah tentang tiga Tuhan tetapi berbicara tentang aspek-aspek yang ada didalam diri Allah. Dimana Firman Allah yang mewujudkan kehendak Allah dan Roh Allah adalah hayat ilahi yang memberikan hidup kepada ciptaan.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pandangan Kristiani mengakui Allah yang Esa dalam ketritunggalan. Keesaan Allah tersebut melingkupi kesatuan hakikat Allah, dimana Firman itu berasal dari diri Allah dan Roh Kudus itu berasal dari diri Allah. Namun, Firman dan Roh Kudus bersifat pribadi. Ketiga pribadi tersebut tidak dapat dibagi dan dipisahkan. Ketiga pribadi tersebut adalah Allah. Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus memiliki hakekat yang sama dengan Allah, karena Firman dan Roh Kudus itu sendiri berasal dari diri Allah sendiri. Oleh sebab itu, konsep ketuhanan dalam kepercayaan Kristen adalah Esa. Dimana Firman dan Roh Kudus keluar dari diri Allah itu sendiri.
[2]Esra Alfred Soru, Tritunggal yang Kudus, Sebuah Pendekatan Historis, Teologis, dan Folosofis, (Bantung: Yayayan Babtis Indonesia, 2002), hlm 60-61.