Hikmat menurut Alkitab

|
Latar Belakang
[1]Dalam kehidupan bangsa Timur-Tengah kuno hikmat memiliki cakupan luas lebih daripada sekedar kesusatraan Israel yang berkembang waktu itu yang identik dengan hikmat. Hal ini disebabkan karena para orang berhikmat merupakan tokoh-tokoh negarawan dan administrator yang sekaligus ahli kesusateraan serta mempunyai pengaruh yang besar dalam segala urusan negeri Yehuda pada zaman Daud sampai jatuhnya kota Yerusalem.

Para orang bijak ini disebut pujangga yang sangat berpendidikan dan diakui peranannya dalam kehidupan timur tengah kuno. Mereka adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi , mempunyai disiplin dan mental kuat, teguh dalam pemikiran dan berpikiran jernih. Mereka dididik terutama untuk menduduki jabatan penting  kenegaraan.

Di Mesir mereka juga disebut pujangga sedangkan di Babel mereka disebut pujangga atau sekretaris Negara. Sebutan ini tidak hanya berarti orang pandai tulis-menulis dan bahasa tetapi juga orang yang memiliki intelektualitas tinggi dan trampil. Hal ini kemudian menjadi istilah yang sangat popular dikalangan para cendekiawan baik didalam maupun diluar Israel.

Hikmat akan selalu ditandai dengan kegiatan diplomasi, organisasi dan adminitrasi dalam kehidupan pemerintahan dan kerajaan di daerah Timur Tengah termasuk Israel. Kegiatan ini selalu menghasilkan tokoh-tokoh yang ahli terampil dan bijaksana . kumpulan orang-orang berpendidikan yang memahami tata cara keagamaan secara internasional sangat cekatan dan berkepribadian utuh. Merekalah para orang bijak dan berhikmat. 

Dalam kesusasteraan Israel, hikmat ini dapat dipersonifikasikan sehingga ia dapat digambarkan dengan cirri-ciri seorang guru atau nabi (Ams 1:20). Didalam Amsal ini hikmat dipersonifikasikan dengan politik, dan keajaiban karya Allah. Pada suatu sisi, hikmat menekankan bahwa didalam dirinya Allah menyatakan diri dan memberlakukan rencanaNya bagi bangsa-bangsa (Ams 8:14-16)

Disini hikmat dapat dibandingkan juga dengan para nabi yang dipanggil Allah untuk menyuarakan dan menyatakan kehendakNya. Pada lain pihak hikmat menempatkan diri sebagai sesuatu yang khusus yang telah ada semenjak penciptaan Alam semesta. Hal ini berkembang dalam anggapan bahwa hikmat telah ada bersama dengan Allah  yang menciptakan segala sesuatu. Karya penciptaan ini bersifat rahasia dan tidak mampu terselamai akal pikiran manusia. karya penciptaan yang sempurna ini merupakan manifestasi hikmat Allah yang tertinggi. 

Dengan demikian sumber hikmat adalah pengenalan akan Allah bahkan manusia sendiri tidak akan pernah mampu menyelami hikmat selain daripada ketertendukan sepenuhnya kepada kemahakuasaan dari Allah. Hikmat dalam arti utuh dan mutlak hanyalah milik Allah (Ayub 12:13 dab; Yesaya 32:2; Daniel 2:20-23)Hikmat Allah mencakup bukan hanya sempurnanya dan lengkapnya pengetahuan-Nya mengenai setiap segi bidang kehidupan,tapi juga mencakup kedaulatanNya menggenapi tuntas apa yang ada dalam pikiranNya, dan yang mustahil dapat digagalkan (Ayub 10:4; Ayub 26:6; Amsal 5:21; Amsal 15:3)

Hikmat menurut Alkitab

Hikmat menurut Perjanjian Lama
[2]Hikmat secara etimologi ada 3 akar kata dalam bahasa Ibrani yang menunjuk pada kata hikmat yaitu ‘hokmah (hikmat), bina (pengetahuan), dan tevuna (kebijakan) semuanya menunjuk pada hal praktis konkret bukan sekedar teoritis. Hikmat adalah kepintaran mencapai hasil, menyusun rencana yang benar untuk memperoleh hasil yang di kehendaki. Pusat hikmat ialah hati, sebagai pusat keputusan moral dan intelektual.
Mereka yang memiliki kecakapan teknis disebut bijaksana antara lain Bezaleel pengrajin kemah pertemuan (kel 31:1), seniman patung (Yes 40:20), para perempuan peratap (Yer 9:17). Hikmat praktis juga dapat membawa serta segi jahat  seperti dalam nasihat Yonadab (2 Sam 13:3).

Raja-raja dan para pemimpin secara khusus membutuhkan hikmat. Mereka bergantung pada keputusan yang tepat dalam bidang sosial politik. Yosua, Daud dan Salomo diberikan karunia khusus yaitu kebijaksanaan untuk menunaikan tugas sebagai raja. Suatu kelas khusus dalam pemerintahan monarki memberikan kesempatan bagi setiap laki-laki atau perempuan untuk belajar tujuannya adalah agar menjadi kaum intelektual. Pada masa Yeremia, kaum intelektual ini memiliki peran penting sebagaimana para nabi yaitu sebaga penasehat dalam masalah sosial, politik dan pemerintahan. 

Tugas dari para orang berhikmat ini adalah menyusun strategi, merumuskan rencana, menyusun nasihat untuk beroleh hidup yang berhasil,. Tugas orang berhikmat layaknya bapak dalam hubungannya dengan orang-orang yang kesejahteraan nya bergantung pada hikmat itu. Misalnya Yusuf menjadi ‘bapak’ bagi Firaun (Kej 45:8), Debora menjadi ‘ibu’ bagi Israel (Hak 5:7).

Hikmat adalah milik Allah yang utuh dan mutlak. Hikmat Allah mencakup sempurna, luas dan lengkap menyentuh setiap bidang kehidupan (Ayb 10:4, Ams 5:31), mencakup semua kedaulatan didunia serta menggenapi semua apaa yang dipikirkan oleh Allah. Alam semesta adalah bukti hikmat Allah dan manusia adalah bukti karya hikmat tinggi yang diciptakan oleh Allah sendiri. Proses-proses alamiah dan historis berada dibawah kendali hikmat Allah yang merupakan pembedaan sempurna antara baik dan jahat dan merupakan dasar untuk pahala dan hukuman yang diterima oleh orang jahat dan orang benar (Mzm 1:37-38, Ams 10:3, 11:4). Kebijaksanaan yang berdasarkan pada kecakapan alamiah ini merupakan karunia rahmani sebab kegiatan kreatif Allah sendirilah yang memungkinkan perolehan kebijaksanaan yang demikian itu.

Hikmat alkitabiah sekaligus bersifat agamawi dan praktis yang berasal dari rasa takut akan Allah (Ayb 28:28, Ams 1:7, Mzm 111:10). Hikmat berkembang menyentuh segenap hidup seperti ditunjukkan secara luas dalam Amsal. Hikmat memperoleh pengetahuannya sendiri dengan jalan Allah dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Gabungan antara pengertian dan ketaatan ini menghubungkan hikmat dengan pengetahuan akan Allah yang lebih diberikan penekanan oleh nabi (kasih yang tulus dalam ketaatan)
Pertemuan antara kebijaksanaan politik (hikmat) dan peranan nabi secara jelas tergambar dalam pemberitaan nabi Yesaya dan Yeremia. 

Dalam kitab Yesaya (psl 7) dinyatakan bahwa Yesaya dengan jelas melarang Raja Ahas untuk tidak berbuat apa-apa menghadapi serangan kerajaan Siria melainkan harus mengandalkan Tuhan saja. Tetapi tentunya hal ini berbeda dengan pendapat para pujangga istana (baik raja maupun pujangga istana tidak percaya akan Yhwh). Kebijaksanaan para nabi ini merupakan maniefestasi penyataan Allah tetapi tidak mampu diterima oleh kelompok kerajaan. 

Pertentangan antara hikmat nabi dan para negarawan ini perlu dipahami dalam dua sisi. Yaitu dari pihak nabi mereka telah menyatakan kehendak Allah. Sedangkan para pujangga ini berkata sesuai strategi duniawi tentang peperangan dan masalah sosial. Mereka tidak percaya Yhwh dan mereka berpikir sesuai kepercayaan mereka. Mereka tidak mampu menghayati hikmat Allah seperti yang dimiliki oleh para nabi karena mereka tidak punya hubungan dengan pemahaman iman seperti yang dianut oleh nabi Yesaya dan Yeremia.

Beberapa kitab yang bercorak hikmat dalam Perjanjian Lama memberikan konsep yang berbeda tentang hikmat :
  • Kitab Amsal
[3]Didalam Kitab Amsal terdapat bermacam bahan yang dapat dilihat hubungannya dengan amsal yang sejenis di babel dan Mesir. Amsal 19, 22:17-21 dan 31:1-9 mempunyai bentuk amsal yang sama dengan pengajaran di Mesir. Amsal pengajaran di Mesir memberikan perhatian yang besar pada pertumbuhan sikap mental dan tata karma yang menunjang kedayagunaan dan kemajuan dalam mengabdi kepada Negara. Amsal pengajaran seperti ini berkembang pesat di kalangan sekolah dan pendidikan dan dipakai untuk membantu tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan di Mesir waktu itu adalah peningkatan ketajaman intelektual serta kemampuan untuk mengambil keputusan pada situasi kritis.

Berbeda dengan tujuan pendidikan di Mesir, di Israel tujuan pendidikan dan pengajaran Israel, utamanya ditujukan kepada anak-anak / generasi muda. Penekanannya pada soal sopan satun, larangan keras pada pelanggaran seksual. Para wanita asing yang sering memikat hati dan bebas dari segala ikatan larangan Israel dianggap sebagai ancaman khusus bagi generasi muda (Ams 2:18).

Dalam kitab Amsal sering kita temukan ungkapan ‘hai anakku’ sesungguhnya menunjukkan adanya tempat yang dasariah dari hikmat orangtua. Kata ini menunjukkan adanya hubungan khusus antara guru dan anak murid dimana dikelas guru mendapat wibawa sebagai pengganti orang tua kandung. Tapi dalam hal tertentu seperti dalam Amsal 1:9, kedudukan orangtua dan guru dapat berubah menjadi jurubicara dari hikmat.

Sebagian besar kitab Amsal berisi kalimat hikmat. Kalimat hikmat itu terdiri atas 3 kelompok yaitu :
1.      Kelompok kalimat yang berisi hikmat duniawi yang keras dimana tidak terdapat moralisasi atau kesalehan. Kalimat ini dialamatkan kepada perorangan dengan maksud untuk menjaga keberhasilan, kemakmuran, dan kesejahteraan orang tersebut. Kalimat ini menguraikan sikap mental dan moral tata krama yang perlu dikembangkan oleh setiap pribadi. Sikap moral dan tata krama ini adalah tanda bahwa orang itu berhikmat dan tentunya akan membawa dampak positif dalam pergaulan di masyarakat.
2.      Kelompok kalimat yang ditujukan kepada perorangan tetapi mempunyai implikasi sosial kemasyarakatan. Ini berisi kalimat tentang orang yang anti sosial dan jahat yang kegiatannya sengaja bersifat merusak kehidupan masyrakat dan hubungan antar manusia. Kalimat itu menuturkan tingkah laku orang tersebut dengan akibat buruk maupun ancaman kehancuran yang akan dialami oelh masyarakat dan orang yang bersangkutan itu. Karena manusia diciptakan untuk bermasyarakat dan saling menguntungkan secara konstruktif dengan demikian ia harus berhikmat agar tidak merusak hubungan atau tatanan kemasyarakatan sesuai dengan konsep masyarakat yang saling membangunan
3.      Kalimat amsal yang berisi soal kesalehan dan moral. Dalam kelompok ini secara jelas terdapat ajaran tentang Tuhan yang memberikan pahala kepada orang benar dan menghukum orang jahat. Kebenaran menjadi syarat utama bagi kesejahteraan dan kemakmuran. Ajaran ini menekankan thesodisi atau keadilan Tuhan. 

Kalimat yang berisi hikmat ini tentunya merupakan suatu produk kesusasteraan yang sudah diolah dan diperindah. Pengalimatan semacam itu adalah hasil usaha untuk menyatakan kebenaran umum secara mudah dan singkat daripada dihafal. 
  • Kitab Ayub
Kitab Ayub merupakan contoh sastra hikmat Israel kuno. Didalam kitab Ayub digambarkan contoh percakapan para cendekiawan yaitu antara Ayub dan ketiga kawannya. Percakapan ini dimulai ketika Ayub sebagai orang yang saleh justru mengalami penderitaan yang menurut tradisi Israel tidak akan mungkin orang saleh mengalami penderitaan. Untuk menjawab persoalan sosial ini masing baik Ayub maupun teman-temannya berusaha mengemukakan jalan pikiran mereka (hikmat) untuk mencari sebab dari penderitaan yang tidak lazim ini.

Berbeda dengan hikmat menurut kitab Amsal, hikmat menurut kitab Ayub adalah hal yang sangat tidak mampu diselami akal pikiran manusia. bahwa kebahagian dan penderitaan adalah bagian dari hikmat dan kekuasaan Allah. Terlepas dari kesalehan hidup, manusia berhikmat dan ketaatan, hikmat Allah yang menentukan jalan kehidupan manusia. 

Ayub dan kawan-kawannya dapat mengungkapkan hikmat mereka bahwa dibalik kemalangan yang menimpa Ayub ada rencana Allah, tetapi lebih daripada itu kemalangan yang ditimpa Ayub adalah bagian dari kedaulatan Allah dalam hikmatNya. Hikmat yang tidak mampu dipahami manusia, dan hikmat yang tinggi yang dimiliki Allah. 
  • Kitab Pengkhotbah
Kitab Pengkhotbah juga hampir sejajar dengan kitab Ayub, bedanya ialah kitab pengkhotbah lebih lunak dalam mengemukakan tentang makna kehidupan. Uraian dalam kitab pengkhotbah lebih berubah skepstisme dari seseorang yang berperan sebagai guru, dimana dalam uraian ini ada sejumlah nasihat tentang apa yang boleh diharapkan dalam hidup. Penulis kitab pengkhotbah mau menekankan bahwa disbanding kemahakuasaan Allah manusia tidak ada apa-apanya. Manusia bahkan tidak mempunyai kemampuan untuk memahami semua hikmat Allah. Secara tenang dan terpadu, penulis kitab pengkhotbah menguraikan kesimpulan bahwa manusia tidak punya sisi keberhasilan yang tetap selain daripada keputusan ilahi. Sehingga segala usaha manusia adalah sia-sia (Pngkh 1:2 dan seterusnya)

Baik orang bijak dan orang bodoh akan sampai pada suatu titik yaitu kematian. Tetapi orang bijak akan mampu menikmati hidup asalkan dinikmati dengan baik dengan makan, minum dan menikmati jerih payah dari hasil kerja (2:24, 3:13, 5:18-19). Bagi orang bodoh yang tidak bisa menikmati hidup dengan baik tentunya hidup akan identik dengan kesia-siaan. Karena itu kunci dari semuanya adalah predestinasi Ilahi bahwa hidup manusia semuanya bergantung penuh pada keputusan Ilahi. 

Menurut Pengkhotbah, atas kehendak Allah manusia akan beroleh umur panjang, keturunan banyak dan harta melimpah (6:3-6) tetapi kalau tidak bisa dinikmati dengan baik maka itu merupakan kesia-siaan saja. Sebaliknya orang yang tidak berhikmat menjalani hidup secara sembarangan malah akan mempercepat kematian (6:6). Jadi pokok utama dari hikmat adalah keseimbangan dalam menjalani hidup dan pengakuan bahwa hanya Allah saja pusat segala keputusan penting dalam hidup

  Hikmat menurut perjanjian Baru
[4]Secara etimologi ada beberapa kata yang menunjuk pada Hikmat dalam PB. Kata Yunani gnôsis berasal dari kata kerja ginôskô, mengetahui, dari tidak tahu menjadi tahu. 
Kata Yunani gnôsis berarti pengetahuan pada umumnya, memiliki sinonim (persamaan kata) dengan sophia, hikmat, namun dengan perbedaan yang cukup prinsipal.  Kata Yunani sophia diterjemahkan dengan hikmat merupakan kata tertinggi dari segala macam pengetahuan, mencakup pengertian penuh dari kebaikan mental, pengetahuan plus kebaikan, diiringi dengan sikap dan tindakan. Kata ini hanya digunakan khusus untuk orang benar.  Kata Yunani gnôsis sedikit lebih rendah dari sophia, hikmat, bermakna kehati-hatian, keahlian, ketrampilan, kepintaran, kepandaian; dapat saja diterapkan baik kepada orang benar maupun orang fasik. Orang bijak (sophia) adalah orang baik dan berpengetahuan. 

Orang pintar (gnosis) belum tentu merupakan orang baik, meskipun berpengetahuan.
Pada umumnya hikmat (sophia) dalam PB juga bersifat praktis. Hikmat tidak bersiat netral. Ia bisa merupakan karunia Allah atau melawan Allah (Kis 7:22, bnd dengan hikmat orang Mesir). Kalau hikmat itu dijauhkan dari penyataan Allah maka hikmat itu tidak diperhitungkan (bahkan disebut bodoh/tidak berhikmat 1 Kor 1:17, 2:4). Orang yang benar berhikmat adalah mereka yang beroleh karunia Ilahi seperti Salomo (Mat 12:42, Luk 11:31), Stefanus (Kis 6:10), Paulus (2 Petr 3:15). Berbeda dengan hikmat menurut bangsa Yunani yang berusaha menjawaab masalah rohani lewat pengalaman manusiawi. 

Salah satu karunia Kristus kepada para muridNya yaitu hikmat untuk mengatakan hal yang benar pada masa penganiayaan dan pencobaan (Luk 21:15). Hikmat yang sama juga dibutuhkan untuk memahami teka-teki dan berita apokaliptik (Why 13:18). Hikmat mutlak perlu bukan hanya bagi para pemimpin  gereja (Kis 6:3), tetapi juga bagi orang percaya agar memahami maksud Allah dalam penyelamatan (Ef 1:8-9), dan supaya dapat berjalan sebagaimana mestinya di hadirat Allah (Kol 1:9, Yak 1:5, 3:13-17). Sebagaimana Paulus telah mengajar para pendengarnya dalam segala hikmat (Kol 1:28), demikian juga hendaknya mereka yang cukup dewasa untuk memahami hikmat rohani wajib pula mengajar orang-orang lain dalam hikmat (Kol 3:16).
Hikmat Allah jelas ditunjukkan dalam persediaanNya mengenai penebusan (Rm 11:33) yang dinyatakan dalam gereja. Itu langsung dinyatakan dalam tindakan yaitu kematianNya dikayu salib. Hikmat ini awalnya terselubung bagi manusia, tak tersaingi baik oleh hikmat filsafati, maupun kebijakan praktis. 

[5]Kristus yang berinkarnasi menjadi daging bertumbuh dalam hikmat ( Luk 2:40,52) sebagai anak-anak dan manusia sejati Ia membuat kagum banyak orang dengan hikmatNya (Mat 13:54, Mrk 6:2). Dua kali Kristus mempersonifikasikan diriNya sebagai hikmat dengan mengingatkan orang tentang konsep hikmat dalam Amsal (Mat 11:19, Luk 7:35). Dalam ayat ini Kristus mengacu diriNya pada hikmat itu. Bahwa Dialah ‘taurat baru’ yang merupakan penyataan kehendak Allah yang lengkap. Bahkan Paulus memandang Yesus sebagai penggenapan dari hukum Taurat dan Dialah Hikmat Allah, didalam diri Yesus kehendak Allah yang tidak mampu terselami manusia dinyatakan secara langsung dalam bentuk tindakan yaitu kasih Allah yang tidak terbatas dalam diri manusia. kristologi hikmat Paulus memberikan penekanan bahwa Kristus adalah hikmat yang juga bersama-sama Allah dalam proses penciptaan dan secara dinamis berperan pula dalam proses penebusan (Kol 1:15). Allah menjadikan Yesus sebagai hikmat  yang jauh melebihi hikmat nyata didalam pembenaran, pengudusan dan penebusanNya.

Hikmat menurut Paulus
Dalam Beberapa surat yang ditulis oleh Paulus secara gamblang Paulus menuliskan tentang pemahamannya tentang Yesus dan  beberapa penjelasan retorik tentang hikmat. Paulus yang adalah salah seorang murid Gamaliel sudah tentu merupakan golongan cendekiawan Yahudi dan perihal hikmat Paulus banyak belajar ketika ia masih menjadi seorang murid. Tetapi yang menarik dalam hikmat Paulus, adalah konsep hikmatnya selalu dikaitkan dengan pemberitaan tentang Yesus. Berikut ini ada beberapa konsep hikmat menurut Paulus berdasarkan surat yang ditulisnya :

Surat Korintus
Dalam  1 Kor 1 dan 2, Paulus menentang suatu hikmat yang dari segi intinya bertentangan dengan teologi salib yang diberitakan oleh Paulus. Sebab bagi Paulus, teologi salib adalah inti iman dan proklamasi orang Kristen.[6] Karena itu, ia mendefinisikan kembali hikmat dalam terang salib dalam Kristologinya. Menurut Paulus, berita tentang salib adalah unsur yang tidak bisa diabaikan dalam pemberitaan Injil. 

Paulus menegaskan bahwa hanya di dalam dan melalui salib dan kematian Yesus, Allah menyatakan diri-Nya  sendiri kepada dunia yang tidak dapat mengenal Allah melalui hikmatnya sendiri. [7]Pemberitaan tentang salib juga mengungkapkan keadaan yang benar bahwa apa yang dunia anggap sebagai hikmat, bagi Allah merupakan suatu kebodohan, dan apa yang dunia ini anggap suatu kekuatan, bagi Allah merupakan suatu kelemahan. Ini tidak berarti bahwa tidak ada kemungkinan untuk mengenal Allah. Karena meskipun manusia gagal mengenal Allah berdasarkan hikmatnya sendiri, dapat mengenal Allah melalui pemberitaan tentang salib berdasarkan iman. 

Jadi mereka yang percaya akan memahami bahwa salib adalah kuasa dan hikmat Allah sedangkan mereka yang memandang berita tentang salib sebagai suatu kebodohan dan menolak untuk percaya akan dibinasakan karena mereka melihat salib sebagai suatu kelemahan dan kebodohan. Jelas, bahwa hikmat Allah yang Paulus maksudkan itu identik dengan Tuhan yang mulia itu. Hikmat itulah yang dicari oleh orang yang telah matang secara rohani[8] untuk melakukan kebaikan bagi semua.

Paulus harus berhadapan dengan Gnostis yaitu ajaran yang juga mengutamakan tentang hikmat yang tersembunyi untuk mengenal yang Ilahi dan agaknya gnostis ini telah sangat mempengaruhi jalan berpikir jemaat Korintus. Terhadap semua pemahaman yang didasarkan pada kristologi sofia Yahudi Gnostik ini, yang membentuk pemahaman kelompok sekte di Korintus (1 Kor. 1:11,12; band. 3:3, dstnya), Paulus merasa perlu menyampaikan protes karena pemahaman itu dapat menyebabkan pemberitaannnya tentang salib Kristus tidak bermakna (band. 1 Kor. 1:17). 

Bahkan ada beberapa orang dalam jemaat suka berkata-kata ataupun mengajar dan mengklaim itu sebagai hikmat dari Allah seolah semua yang mereka katakan adalah kehendak Allah (perkara bahasa lidah) dengan demikian Paulus secara tegas menekankan tentang perbedaan antara hikmat dari Allah dan hikmat dunia. Hikmat dari Allah selalu akan bermuara pada teologi salib dan tentunya hal ini tidak akan pernah bersesuaian dengan hikmat duniawi.

Surat Filipi
Kekristenan mula-mula mengidentifikasi Yesus dengan Sofia. Mereka percaya bahwa Yesus orang Nazaret yang telah dibangkitkan dari antara orang mati itu, telah ada sebelum segala sesuatu ada. Pra-ada Yesus ini secara jelas diungkapkan dalam bentuk madah pujian yang mencerminkan keyakinan komunitas jemaat perdana. Salah satu madah pujian yang terkenal adalah  Filipi 2:6-11. Madah ini dinyanyikan dalam kaitan dengan liturgi ibadah jemaat. Madah seperti ini mestinya sudah ada segera sesuadah kebangkitan Yesus. Sebab madah ini menggambarkan iman jemaat mula-mula kepada Yesus yang telah bangkit dari antara orang mati dan kepada-Nya telah diberikan kuasa atas segala ciptaan.[9]

Dengan demikian madah pujian dalam Fil. 2 ini menekankan tentang pra ada Yesus sebagai hikmat Allah yang telah ada sebelum segala sesuatu ada. Walau demikian Ia tidak menganggap kesetaraan-Nya dengan Allah sebagai milik yang dipertahankan, melaikan Ia telah mengosongkan diri-Nya sendiri sampai mati dikayu salib tetapi Allah telah meninggikan Dia dan memberikan kepada-Nya nama dia atas segala nama yaitu sebagai Tuhan atas alam semesta.

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas tentang Hikmat maka penulis dapat memberikan kesimpulan : 
  •   Konsep tentang Hikmat sangat popular dikalangan umat Israel yang berakar pada kebudayaan Timur Tengah kuno. Bahwa pada zaman itu telah ada kelompok orang berhikmat atau para cendekiawan yang mengemukakan hikmat sebagai salah satu petunjukk dalam menjalani hidup. 
  • Hikmat identik dengan pendidikan dan pengajaran. Karena hikmat dapat diperoleh lewat pendidikan dan pengajaran. Tujuan hikmat adalah mendapatkan kecakapan intelektual dan kemampuan untuk menyusun rencana dan menetapkan keputusan etis dalam kehidupan diri sendiri maupun orang lain.  
  • Hikmat menurut Perjanjian Lama tujuannya adalah mendidik orang muda agar hidup teratur secara moral, dan berhasil dalam hidup makmur dan kesejahteraan. 
  •   Hikmat ini bermula dari rasa takut akan Tuhan mendatangkan ketaatan dan membawa pada keberhasilan . satu hal yang penting bahwa hikmat Allah ini sangat luas dan dalam sehingga manusia tidak akan pernah mampu memahami kebesaran hikmat Allah. 
  • Bagi orang Israel hikmat Allah saja yang hadir dalam proses penciptaan alam semesta sehingga tidak ada seorang manusia yang dapat menyamai hikmat Allah. 
  •  Dalam Perjanjian Baru hikmat Allah nyata dalam diri Yesus. Bahwa Yesus sendirilah hikmat itu dan hikmat termuliaa dari Allah nyata lewat proses penyelamatan manusia lewat kematianNya di kayu salib. 
  •   Menurut Paulus segala hikmat adalah kesia-sian jikalau tidak bermuara pada teologi penyaliban. Hal ini juga merupakan kecaman keras terhadap gnostis suatu aliran hikmat duniawi zaman perjanjian Baru yang merupakan hasil asimilasi dengan kebudayaan helenisme. 
  •  Pada akhirnya semua orang percaya akan beroleh hikmat Allah untuk memahami dan menyatakan kehendak Allah lewat tindakan yang nyata. Dan hikmat Allah itu seharusnya diaplikasi secara baik untuk kemuliaan Allah.


[1]. Wismohady Wahono., Disini kutemukan., (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2000), h. 221-225
[2] . Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid I (Jakarta : YKBK/OMF, 2009), h. 391
[3] Wismohady Wahono., Disini kutemukan., (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2000), h. 223
[5] . Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid I, h. 392-393
[6] Gerhard Friedrich, (ed), Theological Dictonary of the New Testament (Grand Rapids Michigan: WM. B. Eerdmans Publ. Co., 1971) h. 521
[7] . Pdt. DR. Samuel Hakh dalam Materi Kuliah Kolokium Biblika (Kamis, 25 Juli 2013)
[8] Anthony T. Thiselton, The First Epistle to the Corinthians, The New International Greek Testament Commentary (Grand Rapids Michigan/Cambridge, UK : William B. Eerdmans Publ. Co., 2000) h. 231
[9] . [9] . Pdt. DR. Samuel Hakh dalam Materi Kuliah Kolokium Biblika (Kamis, 25 Juli 2013)

 

Copyright © 2010 Data-Data Kebenaran Blogger Template by Dzignine